Posted by : Unknown Rabu, 10 April 2013


Sinar matahari yang menyengat menyadarkan aku dari sebuah khayalan yang sangat tak mungkin kan kudapatkan. Aku terus berfikir, berusaha memutar otak agar tahu sebenarnya apa yang kupikirkan. Walau sebenarnya aku yang mengundang pikiran itu untuk datang padaku, namun aku tetap saja tak mengerti apa yang sedang ku pikirkan saat ini.

Sudah lama ku menanti akan kehadiran sesosok sahabat yang dapat merangkul ku, memapahku, bahkan
mengajak ku berjalan dan berlari tuk menyongsong masa depan, sambil melewati hari-hari bersama seperti dulu yang pernah kudapatkan. Banyak waktu yang telah kuluangkan tuk percaya dan memahami segala artikel yang berkaitan denga kepribadianku. Ku berusaha menghibur diriku dari kesedihan yang tak kenal lelah menghampiriku setiapa saatnya.

Penderitaan akan kesedihan berakhir pada saat ku duduk dibangku kelas satu SMA di Jogja. Ku merantau jauh dari rumah,  berusaha tuk mendapatkan ilmu yang lebih dari memadai dari daerah asalku. Entah mengapa kalimat itu yang selalu ku laontarkan ketika ada saja orang lain yang menanyakanku mengapa ku harus bersusah payah jauh-jauh datang dari Lampung untuk sekolah disini.

Aku merasa bingung akan apa sebenarnya yang sedang kurasakan saat itu, yang kutahu hanyalah ingin terus jauh dan menjauh dari orang-orang yang telah lama mengenalku, terutama kedua orangtuaku dan saudara kandungku. Bukan berarti aku tak menyayangi mereka, sehingga ku tega memiliki perasaan yang seperti itu. Pikiran itu selalu menghantui ku setiap ku teringat me reka, “apakah aku sedang mengalami gangguan psikologi pada perasaan dan diriku ini” lirihku dalam hati.

Disini, ku jalani hari-hariku dengan kesendirian yang selalu setia menemaniku saetiap harinya. Sampai pada saat senja menjelang, ada sesosok orang yang belum ku kenal menghampiriku di taman.

Detik berganti detik, menit berganti menit, hari berganti hari, hingga berbulan-bulan ku mulai dekat dan menaruh rasa setia padanya. Aku teringat akan doaku yang selalu kupinta setiap ku mendirikan solat, sebuah doa yang sangat ingin kudapatkan dan kuharapkan denga segera terkabul, sebuah doa yang berisi isi hatiku untuk mendapatkan sesosok sahabta agar ada yang mendampingiku seperti dulu, dan kuharapkan darinya agar dia tidak menghianati kesetiaanku seperti sahabta yang dulu pernah kumilki namun pergi meninggalkan ku tanpa sebab dan kabar.
 
Dialah sahabay yang selalu kusapa dan kuhibur setiap harinya. Ku taruh perhatian yang lebih pada dirinya. Ku selalu membang  gakannya pada diriku sendiri betapa hebat dan istimewanya dia dalam kehidupanku. Ingin kukatakan padanya aku sangat menyayanginya. Ku tahu banyak kekurangan yang dia milki, namun kuberharap aku lah yang nantinya yang akan menutupi sagala kekurangannya dengan kelebihanku.

Salah satu kelemahan yang kutahu sejak lama namun aku tak pernah berani utnuk merubah itu dari diriku. Aku tak bisa menunjukkan kasih sayangku yang sesungguhnya pada orang-orang yang kusayangi. Aku selalu menutupi apa yang selama ini ingin kuungkapkan dan kutunjukkan pada mereka. Aku terlalu pengecut untuk melakukan itu, aku adalah seorang Melan yang menjaga kesempurnaan sehingga ku takut jika kurubah kepribadianku yang selalu ku sembunyikan itu akan membuatku malu.

Melan, yah sosok Melanlah yang mendarah daging dalam diriku. Berusaha mengisi kehidupanku dengan kesempurnaan yang sangat-sangat sempurna. Golongan darahku A, berzodiak Sagitarius dan bersio Tikus, yang melengkapi sosok Melanku menjadi lebih dari sempurna. Bukan ku bermaksud tuk percaya akan ramalan-ramalan seperti itu, namun aku hanya ingin menghibur diriku yang merasa selalu kesepian.

Tak ada manusia yang sempurna didunia ini, dan tentu saja kupercaya itu. Manusia adalah sosok yang tak pernah puas dengan apa yang dim ilkinya. Jika satu hal yang diinginkan telah tercapai,. Maka banyak hal lain lagi yang ingin dia capai. Begitulah aku, sosok Melan yang termasuk didalmnya. Walau Melan telah memilki apa yang selalu dia pinta dalam doanya, sosok sahabta yang setia menemaninya, namun masih banyak lagi yang dia inginkan dari itu. Kepintaran bukanlah segalanya. Keluguan seseorang bukan berarti suci dirinya dari hal-hal negatif yang banyak orang lakukan.

Entah mengapa,  kuselalu dibingungkan dengan hal-hal yang oranglain pun mudah menjawab dan memecahkan masalahnya. Aku ingin sekali merasakan timbal balik akan kesetiaan dan perhatian yang ku berikan pada sahabat yang kumiliki. Aku ingin sekali mencurahkan hati pada orang lain dan aku ingin oranglain tahu apa yang sedang aku rasakan. Yang kuinginkan hanya agar ada orang lain yang tahu bagaimana nuansa hatiku disaat sedih menghampiriku.

Aku sempat berfikir, sebenarnya bagaimana cara kedua orangtuaku membesarkanku sehingga aku bisa memilki kepribadian yang seperti ini. Aku heran akan diriku yang tak pernah bisa tuk ungkapkan apa yang ingin kuungkapkan pada sahabtaku, pada ibu yang seharusnya menjadi curahan hatiku, pada ayah yang nantinya akan memotivasiku dan mencarikan solusi yang terbaik.

Mengingat hal ini, aku menjadi rindu saat-saat paling bahagia ketika bersama mereka. Aku menjadi ingin merasakan lagi saat-saat seperti itu yang telah lama hilang dari kehidupanku. Atau, apkah aku yang tidak peka pada suasana disekitarku. Apakah mereka telah memberikan kebahagiaan namun aku saja yang mengacuhkan dan masih ingin ditemani nuansa kesepian dalam hidupku.

Ya Allah…
Aku hanya ingin orang-orang yang kusayangi mengetaui bahwa aku masih berada dalam lembah kesepian disini. Aku hanya ingin membagi dan mewujudkan rasa kasih sayang ku pada mereka yang selama ini selalu kusamarkan. Aku rindu ayah, yang merupakan sosk pahlawan super dalam hidupku, yang dulu selalu memberi solusi-solusi terbaik dalam hidupku, yang motivasinya tak akan pernah ada yang dapat mengalahkan. Aku rindu sosok ibu, yang dulu selalu setia untuk menemaniku disaat ku sendirian, disaat aku menangis karena ulah teman-teman ku yang menjahiliku disekolah, aku rindu belaian kasih sayangnya disaatku terbaring sakit.

Yah, sosk mereka lah yang sangat-sangat kurindukan saat ini dan mungkin besok, besok, hingga akhir hayatku. Merekalah yang amat kucintai dan kusayang. Namun orang-orang yan g kucintailah yang selalu keperlakukan buruk dan tak pernah kutunjukkan kasih sayangku yang sebenarnya. Aku hanya dapat menulis dan mencurahkan segala isi hatiku pada mereka disebuah buku kesayanganku, diary.

Walau aku berkata dalam diam pada dirinya yang selalu tak melihat diriku, dalam kata-kata itu tersirat bahwa sesungguhnya k menyayanginya. Kuberharap dan berharap tanpa usaha agar sebuah penghalang yang membatasi antara dia dan aku dapat hilang dengan sendirinya. Namun, itulah bodohnya aku yang tak pernah menghilangkan sebuiah fakta dalam diriku yang selalu saja menyesatkan, bahwa harapan itu tak akan berarti jika tak ada usaha yang mengirinya. Harapan itu hanya akan menjadi sebuah angan-angan yang nantinya akan sirna dengan sendirinya, atau tetap ada namun tak akan pernah terwujud. akan selalu setia dan memberi kasih sayang yang hanya aku dan Allah yang tahu seberapa besar rasaku itu. Dan aku adalah sosok yang bergolongan darah A serta bersio tikus yang tak pernah berhenti untuk membahagiakanmu dengan caraku sendiri.

Inginkan kuucapkan sebuah kalimat yang sudah sangat lama ingin kuucapkan  untukmu ayah dan ibu, “aku sayang kalian. Aku akan selalu sayang kalian. Aku tak ingin kecewakan kalian, dan berusaha sekuat tenaga tuk selalu membahagiakan kalian”, “jika Allah menghendaki” tambahku pada diriku sendiri.

Sahabat, perlu kau ketahui bahwa aku adalah sosok Melan yang sangat haus akan kasih sayang dan perhatian. Aku adalah sebuah pemanah sagitarius yang jika telah ku lepaskan panah tersebut pada orang yang kusayang, maka aku akan selalu setia dan memberi kasih sayang yang hanya aku dan Allah yang tahu seberapa besar rasaku itu. Dan aku adalah sosok yang bergolongan darah A serta bersio tikus yang tak pernah berhenti untuk membahagiakanmu dengan caraku sendiri.


- Copyright © Dreams and Hopes - Hatsune Miku - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -